Seorang muslim hendaknya sabar dalam menghadapi segala musibah, mengimani dan meyakini bahwa semua musibah yang dialaminya tak lepas dari takdir Allah Ta’ala.
Musibah yang menimpa hamba-hambanya yang beriman hendaklah disikapi dengan bijak dan bersabar dalam menghadapinya seraya meneguhkan hati agar Allah memberi pertolongan dengan kesabaran insyallah segala musibah akan berakhir bahagia di dunia dan akhirat.
Sabar secara etimologi adalah al-habsu, menahan. Maka makna sabar adalah menahan diri dari berputus ada dan menahan lisan dari keluh kesah, serta menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang Allah ‘Azza wa Jalla.
Imam Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata. “ Kesabaran itu adalah pegakuan seorang hamba kepada Allah ‘Azza wa jalla atas musibah yang menimpa dirinya (Bahwa itu semua dari sisi-Nya) dan pengharapannya terhadap balasan pahala di sisi-Nya. Sungguh kadang seorang hambah bersedih, akan tetapi dia berusaha menahan dri, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran”
“ Tak seorangpun mampu menghindari rasa sakit dan epedihan hati. Karena secara naluri, manusia cenderung merasakannya. Tak mungkin menghilangkan hal yang bersifat naluriah. Namun yang harus dilakukan seorang hamba, seperti saat terjadinya musibah, yaitu mungkin dari hal-hal yang bisa dicegah, seperti bersedih secara berlebihan. Karena bila itu dilakukan, seseorang dapat dikategorikan keluar dari statusnya sebagai orang yang tabah” (kata Imam Al-Qurthubi rahimahullah)
Ketika tertimpa musibah, renungkanlah karena banyak hamba Allah Ta’ala yang juga mengalaminya. Ujian manusia berbeda-beda, namun dengan pasrah, sabar, dan tawakkal, yakinlah setelah kesulitan aka nada kemudahan bi idznillah.
Banyak haidts yang mulia yang bisa menumbuhkan rasa semangat kita untuk menjauhi putus ada dan tetap tabah tatkala musibah mendatangi kita. Sebuah musibah terbesar yang membuka iman bahwa meninggalnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam adalah musibah terbesar.
Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda yang maknanya : “kaum muslimin sekalian! Siapapun diantara umat manusia ini, atau dari kalangan mukminin secara khusus yang tertimpa musibah hendaknya ia merasa berntung karena belum merasakan musibah kematian. Ia baru merasakan musibah-musibah lainnya. Karena tak seorangpun dari umatku yang akan tertimpa musibah yang lebih besar dari musibah kematianku ini” (HR.Ibnu Majah no. 1599)
Semoga Allah Ta’a;a memberi taufik.
Pentingnya Etika dan Budi Pekerti dalam Pendidikan di Sekolah dan Pesantren
1 Sep 2023 | 612 Agus FZ
Di tengah laju modernisasi dan perubahan sosial yang cepat, etika dan budi pekerti tetap menjadi fondasi yang tidak tergantikan dalam membentuk individu yang baik dan berintegritas. Baik di ...
Apakah Mesin Pencari Bisa Memanipulasi Hasil Pencarian? Peran Perusahaan Teknologi dalam SEO
23 Maret 2025 | 15 Agus FZ
Dalam dunia digital saat ini, mesin pencari berfungsi sebagai jendela yang menghubungkan pengguna dengan informasi yang mereka butuhkan. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, ...
Situasi China Makin Memburuk, RI Mulai Terancam!
23 Mei 2022 | 761 Agus FZ
China dalam situasi yang semakin memburuk. Setelah penguncian alias lockdown diberlakukan untuk penanganan covid-19, penjualan ritel dan produksi industri kini ikut jeblok. Penjualan ...
Jangan Berbuat Dosa di Usia Senja
2 Okt 2022 | 648 Agus FZ
FUDHAIL BIN IYADH رَحِمَهُ اللهُ تعالى (seorang ulama besar) memberi nasihat kepada seseorang yang telah mencapai umur 50, 60, 70 thn sbb : “Berarti kamu ...
Cara Memilih Situs URL Shortener
11 Maret 2023 | 602 Agus FZ
URL shortener merupakan sebuah layanan yang diciptakan untuk memperpendek URL (Uniform Resource Locator) yang panjang. Tujuannya adalah untuk mempersingkat alamat suatu web atau ...
Modal Sedikit Tapi Bisa Jadi Reseller Baju Muslim
26 Mei 2021 | 1106 Agus FZ
Jaman sekarang banyak orang tertarik dengan bisnis online, tetapi kadang terhalang oleh kendala modal. Tentu saja banyak yang beranggapan bahwa untuk memulai suatu bisnis itu harus memiliki ...